Minggu, 29 April 2012

Posting ini masih mendiskusikan bahasa Indonesia asli kerajinan tas 100% seperti posting saya sebelumnya tentang Tas Pandan Wangi, Tas Shell atau Shell Oil, Tas Tongkat, Tas Daur Ulang Limbah Plastik, Tas Kulit kayu busuk, Akar Wangi Tas, tas dan sisal. Jika pada pemeriksaan tampak bahwa Indonesia kaya akan kerajinan lokal yang bagus dan begitu unik. Dan yang akan saya bahas sekarang adalah tas goni alias tas goni. Bahan utama adalah goni karung goni tas. Menurut yang saya kutip dari Rami Sacks Wikipedia adalah karung yang terbuat dari goni. Karung goni biasanya digunakan untuk mengakomodasi pertanian-produk makanan. Untuk jumlah karung goni adalah sebuah paket besar yang terbuat dari coklat goni biasanya berisi tanaman pangan. Tetapi penggunaan karung goni untuk orang kreatif tidak hanya sebagai sebuah kemasan. Bagi orang yang goni kreatif diolah menjadi salah satu kerajinan berbagai satunya adalah tas goni.
Meninjau judul yang saya buat, mengapa saya sebut tas goni populis, tas goni karena saya berpikir bahwa adalah tas goni utama Indonesia kalinya belum independen waktu dan masih melawan Belanda dan Jepang menjajah, masyarakat Indonesia romusa kerja paksa buruh kerja paksa paksa tanpa upah untuk membayar pajak yang lebih tinggi kepada penjajah sialan, ya, Belanda dan Jepang. Pokoknya waktu sebelum kemerdekaan Indonesia pada kehidupan masyarakat sangat menyesal ia harus mengenakan pakaian yang terbuat dari karung goni. Ya, karung goni! He he he ... Jika Anda tidak percaya saya mencoba cerita yang sama Anda browsing tentang sejarah negara kita Indonesia merdeka atau independen liburan-ingat deh ingat sekali ketika saya belajar sejarah di sekolah, SD SMP, jika tidak ingat maka Anda udah lupa! Coba pinjem deh buku sejarah adek masih SD, SMP atau SMA. Jika tidak ada tetangga eh adek pinjem adeknya buku-buku sejarah atau buku adeknya adeknya tetangga tetangga tetangga atau orang lain jika saya tidak percaya cerita yang sama.
Kembali ke topik ... Jadi itulah kisah sepotong kain ... dan ini penampilan dari karung goni yang diobati sebelumnya (SEBELUM) dan setelah diolah menjadi tas goni indah (SETELAH)

SEBELUM

karung goni
karung goni
SETELAH


Saya posting tentang tas kerajinan di Indonesia yang berpikir seperti princessstory angsa, ya, dari bebek jelek tumbuh menjadi angsa yang indah. Tentu deemeduseless bahan bahkan dianggap sampah, bisa diolah menjadi kerajinan baru yang bernilai jual lebih tinggi. Kreatif!




          







Nilai Tambah Karung Goni

Tidak di sangka, seorang Maria Goretti di blognya http://maritjee.blogspot.com/
berkarya dengan bahan dasar Karung Goni yang biasanya di gunakan sebagai karung beras.

Mulai dari Gadget Case,  tas belanja, Mr. postman, hand bag, tote bag, dompet, camera case, pencil case, dll. Lengkap dengan motif-motif artistik berbagai bahan tambahan sebagai aksentuasi. Membuat karung goni menjadi "mahluk lain" yang mempunyai nilai tambah jauh lebih besar dari nilai awalnya sebagai karung beras.

Diperlukan imajinasi untuk merubah Karung Goni menjadi bentuk lain yang 'keluar' dari peruntukannya. Dan untuk itu cukup banyak potensi di masyarakat kita, mulai dari anak remaja sampai orang dewasa. Namun bentuk-bentuk akhir dari kreasi tersebut seharusnya bisa di sebar luaskan semaksimal mungkin kepada publik. Dan seorang Maria Goretti telah melakukannya dengan baik melalui blog nya.

Kalau saja setiap kreasi bisa di pajang seperti yang di lakukan oleh Maria Goretti dan ada komunitas jejaring yang bisa untuk bertukar info, niscaya hasil karya kreatif masyarakat kita dapat lebih bermanfaat bagi kreatornya.

Karung Goni hanya salah satu bahan dasar yang dapat diberi nilai tambah. Ada sekian banyak bahan yang dapat di kembangkan seperti karung goni. Semoga paparan ini memberi dorongan untuk pembacanya agar lebih memperhatikan material di sekelilingnya terutama yang bersifat buangan, sehingga ia juga bisa di proses sebagai bentuk daur ulang.

Selamat berkreasi


Kreatif Olah Karung Goni

Karung goni bisa bernilai lebih jika ia di lihat dari sisi kreatif, terutama buat mereka yang senang mengolah barang-barang daur ulang . Selama ini jika mendengar kata daur ulang, biasanya orang akan terfokus kepada plastik, kertas koran, dus bekas bungkus dan lainnya. Namun ternyata karung goni juga merupakan bahan daur ulang yang bisa produktif sebagai karya seni.

Kreatif Olah Karung Goni


Itulah yang di lakukan oleh Rahmawati  seperti yang di tulis pada surya.co.id. Ia memproduksi berbagai jenis barang dengan memberikan imbuhan karung goni sebagai aksentuasinya, sehingga kesan yang di timbulkan menjadi lebih artistik, alami dan terkesan jadul. Sebuah kreatifitas yang patut di hargai.

Karung goni, saat ini banyak di gunakan untuk pengemas bahan-bahan olahan seperti kopra, cengkeh, gula, beras, kakao, dll. Namun di pasaran juga ada karung goni meteran yang peruntukannya lebih kepada penunjang industri, biasanya untuk industri rotan atau meubel. Di beberapa tempat karung goni meteran di gunakan juga sebagai karya seni dalam seni instalasi, dan untuk bidang konstruksi karung goni meteran bisa juga di gunakan.

Apapun, suatu kreatifitas yang menggunakan barang-barang bekas patut di beri penghargaan layak. Bukan haya sekedar sebagai mata dagangan yang menguntungkan untuk pembuatnya dan nilai artistiknya saja, tapi penghargaan yang layak diberikan karena ia menjadi bagian dari proses daur ulang.
Semoga menambah inspirasi

Karung Sebagai Sarana Belanja - Mengurangi Polusi Lingkungan

karung
Karung memberi kesan sesuatu yang jadul, tidak prestisius dan barangkali hampir terlupakan karena semua bahan pembungkus saat ini berbahan plastik. Coba saja anda ke super market atau pasar tradisional. Jika membeli barang pasti akan di bungkus oleh pembungkus plastik yang di kenal juga sebagai tas kresek. Sementara karung biasanya hanya untuk komoditas yang dalam jumlah besar, itupun kebanyakan karung plastik.

Tapi tahukah anda bahwa plastik sulit terurai di alam bebas dan membutuhkan waktu yang lama untuk hancur di dalam tanah. Hal ini menjadi polusi lingkungan dan menambah beban derita bagi lingkungan. Karenanya kenapa tidak memakai karung sebagai alat pembungkus ?

Wah, karung macam apa yang bisa untuk pembungkus? Ya, perlu inovasi dan kemauan untuk memperbaiki lingkungan. Karung goni merupakan alternatif pengganti untuk pembungkus. Kenapa tidak membiasakan diri untuk menghindari menggunakan tas plastik yang tidak ramah lingkungan. Karung goni yang terbuat dari bahan serat, mudah terurai di alam terbuka dan tidak menimbulkan polusi lingkungan. Seharusnya ada produk karung dengan berbagai ukuran untuk keperluan belanja. Setelah di pakai belanja, karung bisa di simpan dan di gunakan kembali. Dan penting adalah bagaimana menciptakan tas karung yang fashionable sehingga tidak terkesan barang murahan, kendati emang bisa murah jika di produksi massal.

Contoh yang pernah di lakukan oleh PT Hero Supermarket adalah dengan merancang karung belanja yang artstik, di buat oleh perancang Adjie Notonegoro, namun sayangnya harganya tidak terlalu murah untuk orang kebanyakan. Tapi dengan kreatifitas lebih, sebenarnya satu tas karung bisa di buat dengan harga di bawah 10 ribu. Apalagi jika di buat dari bahan karung bekas pakai yang masih bersih.

Jadi kenapa tidak menggunakan karung untuk belanja. Anda akan memperbaiki lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik.

Produk

 Karung Goni Meteran

Karung Goni Meteran untuk Berbagai Keperluan Industri, Kerajinan dan Konstruksi
Spesifikasi : 
- Ex India
- Lebar 115 cm
- 1 Ball 1.000 yard (1 yard = 0,9144 meter)
- Minimal order 100 yard (tidak pas, tergantung isi per bal kecil)
- Harga (berubah-ubah) silahkan kontak kami 
Karung Goni Meteran
                                                                   ============================

                                 Tas Karung Goni 
Salah satu produk yang dapat anda pesan melalui kami adalah pembuatan tas atau sejenisnya yang sesuai dengan kebutuhan anda.

Disamping beberapa inspirasi yang dapat anda lihat pada Ide Karung Goni, kami juga membuat beberapa design yang bisa anda pesan.

Namun tidak harus dalam bentuk yang kami tampilkan, kami juga menerima order untuk membuat tas atau apapun dengan bahan dasar karung goni, yang sesuai dengan kebutuhan anda.

- Design dapat anda rancang sendiri
- Bahan dasar karung goni bisa di padukan dengan bahan lain seperti jeans atau jenis tekstile lain
- Biaya sablon tergantung motif dan jumlah warna
- Assesories bisa juga di pasang sesuai dengan kreasi anda
- Minimal order 200 psc/model
- Harga negosiasi
- Pembayaran 50% sebagai DP setelah design di setujui, sisanya di lunasi saat selesai pengerjaan
- Ongkos kirim di tanggung pemesan
Tas Karung Goni 1
            Tas Karung Goni 2
 
             Tas Karung Goni 3
           Tas Karung Goni 4
           Tas Karung Goni 5
           Tas Karung Goni 6
                                        
                                               ============================
                                Karung Goni Lebar 25 Cm

- 1 Rol antara 5 s/d 8 kg
- 1 Kg isi sekitar 17 meter
Dalam gambar contoh 1 rol dengan isi sekitar 4 Kg
karung goni lbr 25 cm berat sekitar 4 kg
============================
Tali Goni

Kami juga menyediakan Tali Goni dengan 4 ukuran :
3 - 4 - 8 dan 18 ply (ply = ukuran jumlah serat)
Harga per kg (kontak untuk harga terkini)

Tali Goni




============================
Kain Kanvas
Kami jufa menjual KAIN KANVAS untuk bahan tas dan lain-lain keperluan dengan spesifikasi :

- Jenis katun kanvas

- Lebar 113 cm

- Pembayaran Tunai

- Harga fluktuatif, silahkan kontak kami untuk penjelasan harga   di 081321062663

- Minimal order 20 meter

Kain Kanvas
  

Agri Unggas
01 January 2010
Merpati Potong:Permintaan Tinggi, Pasokan Sedikit
Burung dara atau merpati di Indonesia selama ini dipelihara hanya sebagai hobi. Yakni untuk keperluan adu ketinggian terbang, balap dan pos. Sementara budidaya merpati untuk dimanfaatkan dagingnya sebagai kebutuhan pangan (merpati potong) masih sangat jarang dijumpai. Padahal permintaan daging merpati untuk dikonsumsi cukup tinggi dan untungnya juga cukup menggiurkan.
Pengepul merpati potong asal Ungaran – Semarang, Supratno menyebutkan, permintaan merpati potong di pihaknya berkisar 70 sampai 200 ekor per hari. Permintaan itu tak hanya datang dari wilayah Semarang tapi juga dari luar Jawa. Dia mengaku kadang kala mendapat order merpati ke Kalimantan dalam bentuk karkas beku mencapai 200 ekor dalam sekali kirim.
Supratno memasok merpati untuk warung makan, restoran hingga hotel-hotel berbintang. Harga setiap karkas merpati yang siap diolah sekitar Rp 15.000 – Rp 20.000. “Bergantung spesifikasi permintaan bentuk fisik dan bobot badan karkas,” jelasnya. Ditambahkan Supratno, untuk keperluan konsumsi sebenarnya yang diinginkan adalah merpati yang masih anakan (piyikan) atau disebut sebagai squab. Yakni merpati yang berumur kurang dari sebulan. Squab disukai karena dagingnya masih lunak dan rasanya gurih.
Supratno menyebutkan, bahan baku squab didapatkan dari peternak merpati di sekitar wilayah Semarang. Diantaranya Mranggen, Purwodadi, Magelang, Temanggung, Solo, Boyolali dan Ambarawa. Patokan harga per ekor merpati dengan berat badan berkisar 200 gram – 300 gram adalah Rp 12.500. Sedangkan untuk merpati yang berbobot kurang dari 200 gram, dihargai Rp 10.000 per ekor.
Sayang, karena pembudidaya merpati potong masih jarang, maka sangat sulit untuk mendapatkan squab. Tak jarang kemudian digunakan merpati afkiran (sudah tua) dari para pemelihara merpati untuk hobi. “Kebutuhan merpati potong banyak diperoleh dari peternak merpati hobi,” katanya.
Pasar Tak Menentu
Langkanya pembudidaya merpati potong menurut Suprapto karena pasarnya yang tak menentu. Misalnya saat liburan dan hari raya, permintaan merpati diprediksi meningkat, namun ternyata tak beda jauh dengan hari biasa.
Sementara, Agus Siswanto peternak merpati hobi beranggapan, kurang menariknya bisnis merpati potong karena kendala pakan yang mahal. “Bayangkan, biaya pakan bisa mencapai 2 – 3 kali lipat dari harga jual, itu belum termasuk biaya jamu-jamu jika dijadikan merpati balapan” ujarnya.Ongkos produksi yang mahal tersebut hanya akan sepadan jika bisa menghasilkan merpati hias atau balap yang bagus. Agus yang juga putra sulung Supratno menyebutkan, di beberapa daerah di Jateng dan Jogja, pernah ada pembudidaya yang menekuni bisnis merpati potong. Tapi kini jarang sekali dijumpai.
Budidaya squab tidak mudah, selain pangsa pasar yang belum jelas juga kendala pakan. Squab, kata Agus, idealnya tidak melebihi umur 1 bulan. Lebih dari itu, nilai jualnya akan menurun. Sementara, apabila pasar lesu, bisa diperkirakan squab di kandang membludak. Akibatnya, biaya pakan jadi membengkak.
Namun bagi pakar aneka unggas dari Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Teysar Adi Sarjana, budidaya merpati sebenarnya tak terlalu sulit. Jenis unggas ini mudah beradaptasi di berbagai tempat dan jarang ditemukan penyakit. Bahkan, sampai saat ini belum ada penyakit yang spesifik pada jenis unggas tersebut. “Salah satu jenis unggas tahan penyakit adalah merpati,” katanya.
Mengenai kendala biaya pakan, menurut Teysar bisa diantisipasi dengan pemberian pakan dari berbagai biji-bijian dan bahan pakan lain yang sesuai kebutuhan nutrisi merpati. “Kebutuhan protein merpati rendah, sekitar 13 – 15 %, sehingga pakannya mudah diganti dengan meramu pakan sendiri sebagaimana pakan ayam atau itik,” jelasnya.


Memasyarakatkan Merpati Pedaging

Memasyarakatkan Merpati Pedaging

Jangan terlalu memandang tinggi merpati. Unggas ini memang memiliki nilai jual tinggi, terutama merpati balap, merpati tinggian, dan merpati pos. Tetapi jika modal Anda pas-pasan, dan ingin perputaran uang dengan segera, beternak merpati pedaging pun bisa memberi keuntungan yang lumayan.

PEMELIHARAAN merpati (Columba livia) di Indonesia terbagi dalam dua kelompok. Pertama, mereka yang memeliharannya sebagai unggas kesayangan, baik sebagai merpati balap, merpati tinggian, maupun merpati pos. Kedua, mereka yang sengaja memeliharanya untuk tujuan komersial, dalam hal ini peternak.

Termasuk dalam kelompok kedua antara lain peternak merpati balap, merpati tinggian, dan merpati pos. Lalu, di manakah posisi peternak merpati pedaging ? Sebenarnya mereka termasuk dalam kelompok kedua, tetapi jumlahnya masih belum seberapa.

Sampai sejauh ini belum banyak peternak merpati pedaging. Kalau di sejumlah restoran, warung makan, maupun warung tenda di pinggir jalan menyajikan menu dara goreng, sebagian besar bahan bakunya berasal dari merpati afkiran. Merpati afkiran adalah merpati yang sudah tua.

Di AS, merpati muda (25-30 hari) atau dikenal sebagai squab menjadi salah satu menu favorit.

Dagingnya lunak dan enak. Daging merpati mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan tinggi. Apabila sudah populer, diharapkan dapat menjadi substitusi dalam pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia, khususnya daging ayam, sapi, dan kambing.

Ras Pedaging

Tidak sulit beternak merpati pedaging. Siklus reproduksinya yang singkat, yakni 35 hari, membuat usaha beternak merpati bisa berkembang biak dengan cepat.

Artinya, induk betina mampu menghasilkan keturunan setiap 35 hari sekali. Dalam setahun, sepasang merpati mampu menghasilkan keturunan hingga 10 kali, dengan jumlah anak rata-rata dua ekor.

Sebenarnya semua jenis/ras merpati bisa dijadikan merpati potong. Yang menjadi persoalan adalah kualitas rasa, tekstur daging, dan laju pertumbuhan bobot badan.

Jika ingin beternak, idealnya memilih merpati dari ras pedaging, seperti king, carneau, mondaine, giant homer, dan homer king. Jenis yang disebut terakhir inilah yang terpopuler di Indonesia.

Merpati king dewasa memiliki bobot standar sekitar 742-857 gram (gr), sedangkan merpati remaja (muda) sekitar 686-780 gr. Namun berat potong ideal sekitar 500-700 gram, dengan lama pemeliharaan sekitar 45-60 hari.

Otot dada besar, tebal, dan rasanya sangat lezat. Itu sebabnya, merpati king sangat digemari konsumen di luar negeri.
Ada beberapa varietas warna bulu, misalnya biru, merah, dan kuning. Hampir semua varietas memiliki ukuran tubuh yang sama.

Meski namanya giant homer, postur tubuhnya justru lebih kecil daripada ras-ras merpati pedaging lainnya. Tetapi justru karena itulah masyarakat menggemarinya.

Apalagi rasa dagingnya juga lezat. Belakangan, merpati king dan giant homer disilangkan, sehingga menghasilkan ras baru bernama homer king. Ras inilah yang banyak dipelihara di Indonesia.

Perkandangan

Kandang untuk peternakan merpati dibedakan menjadi tiga, yaitu kandang jodoh (khusus penjodohan hingga mengasuh anak), kandang pembesaran, dan kandang karantina (untuk merpati sakit).

Kandang pembesaran digunakan saat merpati lepas masa sapih dari induknya.
Fase ini bisa dimulai dari umur 15 hari hingga masa panen (45-60 hari).

Kandang bersifat koloni, artinya untuk memelihara beberapa ekor sekaligus. Konstruksi kandangnya sama dengan kandang puyuh, tetapi dibuat lebih tinggi (75 cm).

Karena merpati sudah bisa terbang, usahakan bagian atapnya dibuat dari bahan yang lentur, misalnya kassa dari nilon.
Kandang berukuran 100 x 100 cm2 dapat menampung 20-25 ekor merpati hingga masa panen.

Untuk menghemat lahan, kandang disusun bertingkat, berjajar, dan saling memunggungi, seperti pada kandang ayam petelur. Kandang terbawah diberi kaki setinggi 50 cm, agar terbebas dari genangan air. Semua kandang ini berada di bawah naungan kandang induk, yang memiliki atap, pelindung dari angin dan air hujan.

Pemeliharaan

Bagian tersulit dalam pemeliharaan merpati adalah menangani piyik-piyik. Tiga hari pertama setelah menetas, piyik hanya mendapat asupan susu tembolok dari induk jantan dan betina. Se-telah itu, kedua induk bergiliran memberi makan anaknya dengan meloloh.

Secara alami, masa meloloh ini akan berlangsung 6-7 minggu. Tetapi kita bisa mempercepatnya mulai umur 15 hari, agar induk cepat bertelur lagi. Dengan demikian, peternak harus meloloh piyik-piyik tersebut, setidaknya sampai berumur 1 bulan.

Jika jumlah piyik sedikit, kita bisa melolohkan dengan mendekatkan pakan yang lembut ke mulut piyik. Tapi jika jumlahnya banyak, pekerjaan ini tentu merepotkan.

Solusinya, bisa menggunakan spuit dan selang berisi pakan yang dilembutkan, lalu dimasukkan ke mulut piyik hingga temboloknya penuh. Frekuensi pemberian pakan sekitar 3-4 kali/hari.

Pada umur 1 bulan sampai masa panen (2 bulan), merpati sudah bisa makan sendiri. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Usahakan pakan habis dalam waktu 30-60 menit, agar tak menimbulkan bau busuk yang bisa mengundang kuman penyakit (bakteri, virus, jamur, dll).

Yang terpenting adalah susunan ransum dan porsi pemberian pakan. Pakan merpati bisa dibuat dari bahan jagung kuning (50 %), gandum (34 %), je-wawut (9 %), kacang tanah (5 %) dan beras (2 %). Bahan-bahan itu diramu dalam bentuk butiran pecah.

Khusus untuk piyik, bahan pakan mesti dilembutkan dengan air matang, sehingga menjadi bubur. Dengan pemeliharaan yang benar, bobot badan homer king yang berumur 45-60 hari dapat mencapai 600-700 gram, serta sudah bisa dijual. Dengan umur yang masih muda, tentu dagingnya lebih empuk dan gurih.

Selasa, 20 September 2011


Ternak Merpati Potong, Jarang Pemainnya

Ternak Merpati Potong, Jarang Pemainnya
Senin, 18/10/2010 | 10:57 WIB

Burung dara atau merpati memang memiliki nilai jual tinggi, terutama merpati balap, merpati tinggian, dan merpati pos. Tetapi jika modal Anda pas-pasan, dan ingin perputaran uang dengan segera, beternak merpati potong pun bisa memberi keuntungan yang lumayan.

Bagi yang gemar dengan kuliner, tentu akan ingat lesehan-lesehan atau warung makan di pinggir jalan yang menyajikan menu sambal atau penyetan. Salah satu menu yang ditawarkan adalah merpati goreng. Kalau yang dipotong piyik (squab) tentu tak jadi masalah, akan tetapi kalau yang dipotong merpati balap tua dan afkir tentu menjadi masalah.
Di AS, merpati muda (25-30 hari) atau dikenal sebagai squab menjadi salah satu menu favorit. Dagingnya lunak dan enak. Daging merpati mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan tinggi. Apabila sudah populer, diharapkan dapat menjadi substitusi dalam pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia, khususnya daging ayam, sapi, dan kambing.
Permintaan yang terus mengalir adalah sebuah peluang yang belum banyak dibaca orang. Sungguh sangat sayang kalau peluang ini terlewatkan begitu saja hanya karena pasokan yang belum mencukupi. Merpati potong tetap menjanjikan peluang dan keuntungan walaupun penjualannya masih di tempat-tempat tertentu karena harganya yang masih tinggi. Tapi perlu diingat, peluang baru dengan sedikit ‘pemain’ yang menekuni, kemungkinan peluang berhasil sangat tinggi.
Pengepul merpati potong asal Ungaran, Kabupaten Semarang, Supratno menyebutkan, permintaan merpati potong di pihaknya berkisar 70 sampai 200 ekor per hari. Permintaan itu tak hanya datang dari wilayah Semarang tapi juga dari luar Jawa. Dia mengaku kadang kala mendapat order merpati ke Kalimantan dalam bentuk karkas beku mencapai 200 ekor dalam sekali kirim.
Supratno memasok merpati untuk warung makan, restoran hingga hotel-hotel berbintang. Harga setiap karkas merpati yang siap diolah sekitar Rp 15.000 – Rp 20.000. “Bergantung spesifikasi permintaan bentuk fisik dan bobot badan karkas,” jelasnya. Ditambahkan Supratno, untuk keperluan konsumsi sebenarnya yang diinginkan adalah merpati yang masih anakan.
Supratno menyebutkan, bahan baku squab didapatkan dari peternak merpati di sekitar wilayah Semarang. Diantaranya Mranggen, Purwodadi, Magelang, Temanggung, Solo, Boyolali dan Ambarawa. Patokan harga per ekor merpati dengan berat badan berkisar 200 gram – 300 gram adalah Rp 12.500. Sedangkan untuk merpati yang berbobot kurang dari 200 gram, dihargai Rp 10.000 per ekor.
“Sayang, karena pembudidaya merpati potong masih jarang, maka sangat sulit untuk mendapatkan squab,” ujar Supratno. Tak jarang kemudian digunakan merpati afkiran (sudah tua) dari para pemelihara merpati untuk hobi. “Kebutuhan merpati potong banyak diperoleh dari peternak merpati hobi,” imbuhnya.

Pasar Tak Menentu

Langkanya pembudidaya merpati potong menurut Suprapno karena pasarnya yang tak menentu. Misalnya saat liburan dan hari raya, permintaan merpati diprediksi meningkat, namun ternyata tak beda jauh dengan hari biasa.
Sementara, Agus Siswanto peternak merpati hobi beranggapan, kurang menariknya bisnis merpati potong karena kendala pakan yang mahal. “Bayangkan, biaya pakan bisa mencapai 2 – 3 kali lipat dari harga jual, itu belum termasuk biaya jamu-jamu jika dijadikan merpati balapan” ujarnya.Ongkos produksi yang mahal tersebut hanya akan sepadan jika bisa menghasilkan merpati hias atau balap yang bagus. Agus yang juga putra sulung Supratno menyebutkan, di beberapa daerah di Jateng dan Jogja, pernah ada pembudidaya yang menekuni bisnis merpati potong. Tapi kini jarang sekali dijumpai.
Budidaya squab tidak mudah, selain pangsa pasar yang belum jelas juga kendala pakan. Squab, kata Agus, idealnya tidak melebihi umur 1 bulan. Lebih dari itu, nilai jualnya akan menurun. Sementara, apabila pasar lesu, bisa diperkirakan squab di kandang membludak. Akibatnya, biaya pakan jadi membengkak.
Namun bagi pakar aneka unggas dari Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Teysar Adi Sarjana, budidaya merpati sebenarnya tak terlalu sulit. Jenis unggas ini mudah beradaptasi di berbagai tempat dan jarang ditemukan penyakit. Bahkan, sampai saat ini belum ada penyakit yang spesifik pada jenis unggas tersebut. “Salah satu jenis unggas tahan penyakit adalah merpati,” katanya.
Mengenai kendala biaya pakan, menurut Teysar bisa diantisipasi dengan pemberian pakan dari berbagai biji-bijian dan bahan pakan lain yang sesuai kebutuhan nutrisi merpati. “Kebutuhan protein merpati rendah, sekitar 13 – 15 %, sehingga pakannya mudah diganti dengan meramu pakan sendiri sebagaimana pakan ayam atau itik,” jelasnya.

Ras Pedaging

Pemeliharaan merpati (Columba livia) di Indonesia terbagi dalam dua kelompok. Pertama, mereka yang memeliharannya sebagai unggas kesayangan, baik sebagai merpati balap, merpati tinggian, maupun merpati pos. Kedua, mereka yang sengaja memeliharanya untuk tujuan komersial, dalam hal ini peternak.
            Termasuk dalam kelompok kedua antara lain peternak merpati balap, merpati tinggian, dan merpati pos. Lalu, di manakah posisi peternak merpati pedaging ? Sebenarnya mereka termasuk dalam kelompok kedua, tetapi jumlahnya masih belum seberapa.
            Sebenarnya semua jenis/ras merpati bisa dijadikan merpati potong. Yang menjadi persoalan adalah kualitas rasa, tekstur daging, dan laju pertumbuhan bobot badan. Jika ingin beternak, idealnya memilih merpati dari ras pedaging, seperti king, carneau, mondaine, giant homer, dan homer king. Jenis yang disebut terakhir inilah yang terpopuler di Indonesia.
            Merpati king dewasa memiliki bobot standar sekitar 742-857 gram (gr), sedangkan merpati remaja (muda) sekitar 686-780 gr. Namun berat potong ideal sekitar 500-700 gram, dengan lama pemeliharaan sekitar 45-60 hari.
            Otot dada besar, tebal, dan rasanya sangat lezat. Itu sebabnya, merpati king sangat digemari konsumen di luar negeri. Ada beberapa varietas warna bulu, misalnya biru, merah, dan kuning. Hampir semua varietas memiliki ukuran tubuh yang sama.
            Meski namanya giant homer, postur tubuhnya justru lebih kecil daripada ras-ras merpati pedaging lainnya. Tetapi justru karena itulah masyarakat menggemarinya. Apalagi rasa dagingnya juga lezat. Belakangan, merpati king dan giant homer disilangkan, sehingga menghasilkan ras baru bernama homer king. Ras inilah yang banyak dipelihara di Indonesia.
            Anak merpati balap yang disajikan sebagai burung dara goreng rata-rata hanya sekitar 0,25 kg per ekor. Sementara homer king 0,5 kg. per ekor. Daging homer king juga lebih tebal dan lebih lunak. Daging merpati balap kadang kala agak alot dan tipis.
Namun karena pasokan homer king sangat terbatas, maka merpati balap tetap mendapatkan tempat sebagai burung dara goreng di warung lesehan dan chinese food papan bawah. Faktor strata kemampuan ekonomi ini pulalah yang menjadi penyebab terciptanya strata menu burung dara goreng. Sebab harga anak merpati balap, paling tinggi hanya Rp 5.000 per ekor hidup. Sementara anak homer king bisa dihargai Rp 17.500 per ekor hidup. Tingginya harga merpati potong homer king, disebabkan oleh masih sedikitnya peternak yang mengetahui celah bisnis ini.ins

Senin, 05 September 2011


Peluang bisnis merpati Potong 2

Menangkap Peluang dengan Merpati Potong


Burung merpati adalah termasuk jenis burung yangakrab dengan manusia. Merpati tak hanya dipelihara sebagai satwa kesayangan,yaitu sebagai ternak hias dan balap. Ternak yang dijadikan lambang kesetiaan(sifat monogamous = satu pasangan) dan perdamaian ini juga termasuk salah satupenghasil daging yang cukup baik.
Bagaimana tidak, dengan siklus yang relatif pendekyaitu 35 hari sepasang merpati sudah mampu menghasilkan keturunan. Ini berartidalam kurun waktu satu tahun sepasang merpati mampu menghasilkan keturunan 10kali dengan jumlah litter size 2 ekor.
Diantara kelebihan merpati dibandingkan denganbinatang lain adalah kemampuan mengenali medan, tidak banyak menuntutpersyaratan khusus untuk kelangsungan hidupnya, makanan dan perawatannya cukupmudah, gampang dikembangbiakkan, termasuk ternak yang mudah untuk dijinakkan,dan juga keragaman jenisnya.
Bagi kita yang sudah familiar dengan penghoby kuliner,tentu akan ingat lesehan-lesehan atau warung makan di pinggir jalan yangmenyajikan menu sari laut atau lainnya. Salah satu menu yang ditawarkan adalahmerpati goreng. Kalau yang dipotong piyek (squab) tentu tak jadi masalah, akantetapi kalau yang dipotong merpati tua dan afkir tentu menjadi masalah.Permintaan yang terus mengalir adalah sebuah peluang yang belum banyak di bacaorang.
Sungguh sangat sayang kalau peluang ini terlewatkanbegitu saja hanya karena pasokan yang belum mencukupi. Merpati potong tetapmenjanjikan peluang dan keuntungan walaupun penjualannya masih di tempat-tempattertentu karena harganya yang masih tinggi. Tapi perlu diingat, peluang barudengan sedikit ‘pemain’ yang menekuni, kemungkinan peluang berhasil sangattinggi.
Berikut adalah beberapa jenis merpati yang digolongkanberdasarkan tujuan pemeliharaannya :
1.Merpati pacuan (Carrier Pigeon)
Banyak diminati orang karena daya terbangnya kuat. Ciri-cirinya antara lain :sosok tubuh yang gagah tetapi terlihat ramping, bulu tipis dan kaku, kulit padatonjolan hidungnya tebal dan besar. Merpati pacuan memiliki kemampuan terbangsejauh 200 km, tetapi kemampuan merpati jelajah modern bias mencapai 1.500 km.Merpati yang termasuk jenis ini antara lain : Belgian homer, tumbler, flyingtipper, flight, merpati pos dan yang popular di Indonesia adalah merpati localyang dilatih untuk dijadikan merpati pacuan.
 2.Merpati Hias
Lahir karena nilai rekreatif dan kesenangan. Merpati hanya dipandang dari sudutkeindahan warna bulu dan bentuk tubuh. Merpati yang termasuk jenis ini antaralain : Jacobin (lebih terkenal dengan sebutan merpati jambul), Satinette (paruhpendek), English Pouter (jangkung), Frillback, dan Florentine. Merpati hiasyang popular di Indonesia adalah merpati kipas (Fantail).
 3.Merpati Konsumsi
Dikenal juga dengan sebutan merpati potong atau pedaging. Sebenarnya semuajenis merpati bias dijadikan merpati potong. Merpati yang termasuk jenis iniadalah Carneau dan Mondaine. Jenis merpati potong yang popular di Indonesiaadalah Hummer King. Anakan Hummer King umur satu bulan bisa mencapai bobot 6-7ons dan siap jual.*(SPt)
Silahkan mengutip atau mengkopi artikel ini denganmenuliskan sumbernya : www.sentralternak.com

Peluang bisnis merpati Potong

Merpati potong dipelihara dengan tujuan dimanfaatkan daging¬nya untuk dikonsumsi. Merpati jenis ini juga dikenal dengan nama merpati pedaging. Perkembangan merpati potong dewasa ini sangat luar biasa. Banyak kalangan pengusaha menjadikan ajang bisnis yang sangat menjanjikan keuntungan.

Meskipun semua jenis merpati dapat dikonsumsi, tetapi mer¬pati hammer king lebih banyak dikembangkan di Indonesia. Jenis merpati ini pada umur satu bulan sudah bisa mencapai berat 600¬-700 g. Jenis lain yang juga dikenal sebagai merpati pedaging, yaitu mondaine (berasal dari Italia dan Prancis) dan carneau (berasal dari Belgia dan Prancis) yang, rata-rata bobotnya bisa mencapai 1 kg per ekor


Kerajinan Unik dari Karung Goni
Ema Nur Arifah - detikBandung



Bandung - Karung Goni, siapa sangka pembungkus beras ini bisa disulap jadi kerajinan yang sarat akan nilai seni. Lembaran-lembaran benangnya dengan apik dijalin membentuk objek-objek tertentu sehingga menghasilkan karya yang unik.

Tiga orang warga Jalan Bukit Jarian Ciumbuleuitlah yang mengembangkan kerajinan dari karung goni ini, yaitu Hadi Rahmat, Koko dan Yudha.

Rumah Hadi Rahmat (33) atau Rahmat digunakan sebagai galeri Goni Craft. Untuk sampai ke lokasi galeri ternyata tidak terlalu mudah. Berada di pemukiman penduduk kawasan Jalan Bukit Jarian 4 No 61/165 D.

Di salah satu sudut pemukiman, galeri Goni Craft bisa ditemukan. Beberapa kerajinan goni tampak terpajang di lemari rumah sekaligus galeri tersebut.

Menurut Rahmat, kerajinan ini sudah dimulai sejak empat tahun lalu. Pencetus idenya adalah rekannya Koko, yang juga menjadi seniman pembuatnya.

"Awalnya melihat karung goni yang biasa digunakan sebagai pembungkus beras. Bahan karung goni yang natural, membuat kami tertarik" ujarnya. Maka di bawah naungan Murti Tunggal Art of Living, mereka bertiga mulai menekuni kerajinan dari karung goni ini.

Berbahan baku karung goni, kawat, lem dan tentu saja sentuhan seni menjadi modal utama. Lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu objek bervariasi. Bahkan, ujar Rahmat, satu objek bisa saja dibuat dalam waktu lima belas menit.

Karung goni dibiarkan seperti seperti tampilan aslinya, dipadukan dengan karung goni yang diurai sehingga berbentuk lembaran-lembaran benang. Setelah itu baru dililitkan mengikuti bentuk objek yang akan dibuat.

Hasilnya membuat takjub. Karung goni ternyata bisa dirangkai menjadi bentuk mobil mercy, motor Harley Davidson, sepeda, boneka, kap lampu, atau patung yang juga berfungsi sebagai tempat ballpoint, dan lain-lain.

Dari sekian banyak objek yang dibuat, mereka lebih banyak memilih tema-tema sosial untuk dibuat kerajinan. Untuk memperlihatkan sebuah realitas yang sudah langka ditemui di kehidupan masyarakat modern.

Rahmat berharap, kerajinan ini bisa memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak digunakan. Selain ramah lingkungan, bisa dinikmati sebagai seni yang sekaligus memiliki fungsi.

Harga satu objek pun berbeda-beda, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. Berkisar antara Rp 50 ribu sampai harga jutaan rupiah.

BURUNG DARA GORENG LESEHAN DAN CHINESE FOOD

Berkunjung ke Yogya, serasa tak lengkap tanpa menjenguk suasana malam di Malioboro. Menyusuri  trotoar Malioboro, belum sempurna tanpa singgah di warung "lesehan". Dan sambil duduk lesehan, tentu taksedap kalau tak mencicipi "menu wajib" burung dara goreng. Demikian pula warung-warung di  kakilima Pecenongan, Jakarta; jl. Margonda, Depok dan lain-lain yang menjadikan burung dara goreng sebagai menu khas yang diandalkan. Namun ada perbedaan antara burung daragoreng yang disajikan dikakilima dengan burung dara goreng di restoran Chinese Food papan atas. Di warung lesehan kakilima, burung dara gorengnya adalah anak merpati balap (burung merpati biasa). Sementara di restoran Chinese Food papan atas, burung dara gorengnya adalah anak Homer King Pigeon, merpati potong yang khusus dipelihara untuk memproduksi daging.
Anak merpati balap yang disajikan sebagai "burung dara goreng" rata-rata hanya sekitar 0,25 kg per ekor. Sementara Homer King Pigeon rata-rata 0,5 kg. per ekor. Daging Homer King juga lebih tebal dan lebih lunak. Daging merpati balap kadang kala agak alot dan tipis. Namun karena pasokan Homer King sangat terbatas, maka merpati balap tetap mendapatkan tempat sebagai burung dara goreng di warung lesehan dan Chinese Food papan bawah. Faktor strata kemampuan ekonomi ini pulalah yang menjadi penyebab terciptanya strata menu burung dara goreng. Sebab harga anak merpati balap, paling tinggi hanya Rp 5.000,- per ekor hidup. Sementara anak Homer King bisa dihargai Rp 17.500,- per ekor. Tingginya harga merpati potong Homer King, disebabkan oleh masih sedikitnya peternak yang mengetahui celah bisnis ini.
Beda dengan anak merpati balap yang bisnisnya hanya merupakan "sambilan" dari hobi memelihara merpati, maka berternak Homer King harus diurus dengan serius. Kalau merpati balap boleh bebas beterbangan, Homer King harus tetap berada dalam kandang, makan, tidur, kawin, bertelur dan mengerami telur sampai menetas. Anak merpati itu harus disuapi sampai umur 10 sd. 14 hari dan siap diambil untuk dikirim ke Chinese Food Restaurant sebagai bahan menu "burung dara goreng". Pada umur itulah, bobot anak homer king rata-rata 0,5 kg. hidup.
Sebenarnya "teknologi" budidaya Homer King sudah benar-benar final dengan rumus yang sangat baku. Namun usaha ini sangat padat modal dan bukannya padat karya. Pasar hotel bintang dan Chinese Food di DKI Jakarta, pasti masih ringan kalau hanya menyerap 100 ekor anak Homer King per hari. Tetapi untuk bisa memasok 100 ekor anak burung dara per hari, diperlukan modal investasi Rp 600.000.000,- dan modal kerja Rp 300.000,- per hari. Investasi Rp 600.000.000,- itu, yang Rp 250.000.000,- untuk 1000 ekor pasang induk @ Rp 250.000,- kandang Rp 300.000.000,- dan pakan, obat-obatan serta tenaga kerja (sampai dengan menghasilkan) Rp 50.000.000,-
Modal investasi itu bisa disusutkan selama 5 tahun atau @ hari Rp 330.000,-   Biaya pakan, obat-obatan dan tenaga kerja sebagai modal kerja, menjapai Rp 320.000,- per hari. Hingga harga pokok 100 ekor anak Homer King adalah Rp 650.000,- : 100 = Rp 6.500,- per ekor. Kalau di tingkat hotel dan restoran harga anak merpati Rp 17.500,- per ekor, maka di tingkat peternak Rp 15.000,- per ekor. Dengan harga pokok Rp 6.500,- per ekor, maka marjin kotor usaha agroindustri daging Homer King Pigeon adalah Rp 8.500,- per ekor. Dengan hasil 100 ekor per hari, maka total marjin kotor yang didapat menjadi Rp 850.000,- per hari.
Dibanding dengan ayam pedaging, sebenarnya budidaya merpati Homer King lebih menguntungkan. Karena dari 0,8 kg. pakan yang masuk ke kandang tiap hari, dapat dihasilkan 0,5 kg anak merpati, apabila produksi sudah optimum. Namun untuk memperoleh 1000 pasang bibit Homer King sekaligus, sekarang ini tidak mudah. Hingga alternatifnya adalah dengan pemeliharaan secara bertahap. Mula-mula hanya dibeli 50 pasang induk dengan investasi Rp 12.500.000,- kandang Rp 15.000.000,- pakan, obat-obatan dan tenaga kerja Rp 2.500.000,- (sampai menghasilkan) atau total Rp 20.000.000,- Dari modal tersebut, akan dapat dihasilkan anak burung 40 ekor (20 pasang) per hari.
Untuk menjadi calon induk, anak merpati itu harus dibesarkan sampai umur 4 bulan, dengan biaya pembesaran Rp 50.000,- per ekor. Hingga harga pokok bibit merpati "hasil produksi sendiri" hanya Rp 100.000,- per pasang. Berarti ada penghematan biaya bibit Rp 150.000,- per pasang atau untuk 1000 ekor bibit, penghematannya Rp 150.000.000,- Namun untuk bisa memperoleh 1000 pasang bibit calon induk, diperlukan jangka waktu 50 hari. ditambah 4 bulan atau 5 bulan 20 hari atau 0,5 tahun. Untukbisa berproduksi optimal, masih diperlukan jangka waktu sekitar 5 bulan lagi. Namun dari penghematan biayainvestasi bibit tersebut, benab penyusutan per hari akan menurun, hingga marjin kotor yang diperoleh bukan hanya Rp 850.000,- per hari, melainkan naik menjadi Rp 920.000,- Agar kontinuitas produksi tidak terhambat, maka pada akhir tahun IV, kita sudah harus investasi induk baru. Hingga ketika akhir tahun V induk lama diafkir, maka induk baru sudah mulai berproduksi optimal.
Lokasi peternakan merpati potong, idealnya berketinggian minimal 700 m. dpl. Misalnya kawasan Cisarua di Kab, Bogor. Sebab sama halnya dengan ayam broiller, merpati potong berasal dari negeri sub tropis, yang rentan terhadap udara panas. Saat ini, peternakan Homer King yang berkembang hanyalah di Kab Bandung, setelah sebelumnya berkembang di Kab. Sukabumi. Tersendatnya pengembangan budidaya merpati potong, sebenarnya bukan karena faktor pasar, melainkan modal. Sebab, meskipun pasar merpati potong bersifat tertutup (khusus), namun peluangnya masih cukup longgar. Hingga permintaan dari Singapura dan Hongkong pun, sampai saat ini tidak pernah bisa kita penuhi. Sebab pasar DKI dan kota-kota besar lain di Indonesia pun, saat ini juga masih mengandalkan anak merpati balap sebagai menu burung dara goreng mereka, karena pasokan Homer King yang tak kunjung datang.
Kendala yang juga akan dihadapi oleh para calon investor budidaya Homer King adalah, sedikitnya tenaga terampil pengelola peternakan. Selama 30 tahun terakhir ini, perkembangan budidaya merpati potong hanyalah berupa estafet investor. Investornya ganti-ganti terus, sementara tenaga terampilnya hanya itu-itu saja. Sebab para peternak yang sudah sukses, rata-rata bersikap tertutup soal teknis budidaya. Padahal sebenarnya secara teknis, budidayamerpati potong tidak ada yang perlu dirahasiakan. Akibatnya, calon investor tidak mungkin "memagangkan" tenaga mereka untuk belajar pada peternak yang telah sukses. Karena tertutuk peluang untuk memagangkan tenaganya, maka investor baru itu memberi  "iming-iming" gaji dan fasilitas lebih tinggi pada tenaga terampil di peternakan lama tersebut.
Kalau upaya itu berhasil, maka akan pindahlah tenaga terempil tersebut ke peternak baru. Begitu ditinggal oleh tenaga yang diandalkan, peternak lama tersebut pelan-pelan surut hingga akhirnya tutup. Demikian seterusnya, hingga secara nasional, agroindustri merpati potong di Indonesia hanya berjalan di tempat. Sementara peluang pasar terus berkembang, sejalan dengan meningkatnya populasi masyarakat kelas menengah dan atas di Indonesia. Komoditas merpati potong memang "terlewatkan" dari perhatian pemerintah. Beda dengan ternak itik, ayam pedaging, sapi perah dan sapi pedaging. Peternakan lebah madu, masih bernasib lebih baik karena diurus oleh Pusat Apiari Pramuka dan Perum Perhutani.
Teknologi perkandangan dengan sistem baterai, ketersediaan pakan bernutrisi tinggi, sebenarnya merupakan kemudahan yang akan memberikan jamminan hasil budidaya secara optimal. Tingkat keuntungan yang relatif tinggi dalam jangka pendek dengan resiko kecil, sebenarnya cukup menantang untuk melakukan investasi merpati potong. Sementara lahan yang diperlukan juga tidak terlalu luas untuk ukuran investasi dengan nilai sampai ratusan juta rupiah. Sifat pasar yang tertutup sebenarnya justru lebih memudahkan penggarapan jika dibanding dengan pasar terbuka. Sifatpasar demikian juga akan memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan tidak akan dicuri atau dijarah. Sebab mamasarkan merpatipotong tentu tidak semudah menjual ayam kampung maupun broiller.
Kalau warung-warung lesehan di Malioboro menyajikan burung dara goreng yangberasal dari merpati balap, konsumen masih sangat memakluminya. Namun kalau restoran Chinese Food juga "terpaksa" ikut menyajikan merpati kampung, maka sebenarnya kita telah menyia-nyiakan peluang investasi yang cukup menarik. Lebih-lebih kalau kita juga berhasrat untuk membidik pasar ekspor. Dengan harga FOB dan melepas barang di Bandara, sebenarnyapara peternak Homer King tidakperlu terlalu mencemaskan segala kerepotan prosedur ekspor. Sebab para pembeli luar negeri itulah yang akan mengurus karantina dan lain-lain. Sementara peternak cukup membawa barangnya ke bandara dan menerima uang cash

 

KING HOMER/ KING TAUBEN



King Homer pertama kali diperkenalkan pada umum tahun 1890 oleh Harry Baker dari Vineland-New Jersey Amerika dengan warna Putih polos. Pada Maret 1915 didirikan The American White King  Association . Setelah melalui proses panjang dan dijadikan SHOW KING HOMER maka saat itu peternak terbesar di Dunia yaitu Amerika,Jerman dan Belanda mempunyai  34 variasi warna. 
Adapun terciptanya warna baru antara Amerika dan Jerman mereka berlomba lomba menciptakan warna terbaru antara lain penemuan yang tercatat sebagai berikut ; Warna Megan ( Blue Bar) diciptakan pada tahun 1932 di Amerika sedanmgkan di Jerman pada tahun 1960 bersamaan dengan Warna Tritis ( Blue Check) diciptakan tahun 1960,Tahun 1970 warna Biru tanpa garis ( Blue Barless ) diciptakan pertama kali dan mendapat pengakuan international pada tahun 1982.Warna  Blue Splash ditemukan pada tahun 1972 di Jerman dan Amerika bersamaan.Warna Andalusia pada tahun 1991 diciptakan pertama kali di Jerman,Tahun 2000 diciptakan warna AOC dan tahun 2004 warna Tritis Gelap (Blue T Check) diumumkan pertama kali dalam Show King Homer

white
blue checkblue T checkred recessiveblue with black barsAOCblack tigerblue splashblue tigerred tigerblack splash
ash yellow checkash yellow barred dominantash red 
barindigo
 checkash
 red checkyellow recessiveyellow 
dominantindigo T checkblackandalusian




Adapun untuk penilaian dalam kompetisi Show King Homer sebagai berikut: Berat antara 30-37 Ons, Tinggi Badan 28 cm, Lebar Badan 13 cm, Panjang dari Paruh sampai ekor 23 cm, Paruh pendek, Pial kecil, Kepala besar proporsional, Mata menonjol bulat terang, Leher agak gemuk proporsional dengan badan, Dada tegap, Ekor pendek, Badan berbentuk seperti U dan pendek, Kaki harus serasi dan tegap, Bulu halus , Kalau betina harus Feminin kalau Jantan harus Masculin.

Di Indonesia King Homer sangat populer di kalangan Merpati Hias, hampir disemua pasar burung sedang sampai besar menjual King Homer berwarna putih. Sayangnya yang memenuhi standar seperti diatas hampir dikatakan sedikit sekali.Waktu saya melihat di Pasar Pramuka ada King Homer dengan mutu yang baik ternyata burung tersebut mempunyai masalah cacar diseluruh kaki dan mukanya, sedangkan peternak yang menjual melalui internet selalu kehabisan produk baiknya.
Saya sendiri mendapatkan sepasang King Homer warna Putih dari teman yang akan beralih hobi dan saya coba untuk diternakkan, mudah mudahan berhasil dengan mutu yang baik.
Demikian sekelumit mengenai King Homer (Inggris) King Tauben (Jerman).
Wassalam,
Hans Hanibal

Merpati goreng berbumbu saus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar